Minggu, 28 Agustus 2011

nasib sang imam


Maha benar Allah dengan segala firma NYA, ketika melarang hambanya untuk berbuat lebay… yah lebay, Sebuah perbuatan yang berlebih-lebihan atau melampau batas yang dalam bahasa Alquran disebut dengan istilah mu’tadiin. Segala perbuatan kalau dilakukan dengan lebay maka itu tidak akan di sukai oleh Allah, apakah itu perbuatan baik, terlebih perbuatan buruk. Berlebih-lebihan tidaklah sama dengan berbuat banyak, karena dalam berbagai kesempatan Allah justru selalu menganjurkan berbuat banyak, dengarlah firman NYA Dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya. Bahkan orang yang menyebut nama NYA atau berdzikir dengan jumlah yang sangat sedikit termasuk kedalam golongan orang yang munafik yaitu yang dihadapan orang banyak menampakkan ke imanannya sementara di dalam hati nya terdapat kekufuran. Berlebih-lebihan atau melampau batas bukanlah berarti berbuat banyak, tetapi melampau batas adalah melakukan sesuatu di atas normal atau di atas batas kita biasanya yang dalam bahasa sekarang disebut dengan istilah lebaaayyy.. padahal Allah sendiri tidaklah membebani hamba NYA diatas kadar kemampuannya. so please deh jangan lebay.
Ramadhan kali ini saya dibuat risih dengan hal-hal yang lebay.. lihatlah hal di sekeliling kita baik itu dari televisi atau dikehidupan sehari-hari kita banyak hal yang lebaay nya. Namun diantara sekian kelebayyan nya hal yang sangat mengganggu saya adalah imam yang lebay.. yah imam yang lebay. Ini saya anggap paling janggal karena menyangkut dan melibatkan banyak orang.
Hal itu bermula ketika saya dan teman-teman melaksanakan sholat taraweh di bilangan masjid awal masakin el arabiya katamea, 3rd settlement new cairo, Baru saja rakaat pertama hati saya sudah mulai masygul dengan cibiran akan bacaan sang imam…berkali-kali saya hilangkan kegundahan hati ini namun malah bertambah dan menjadi-jadi ketika sang imam tak kunjung ruku. Astagfirullohal adzim. Dosa siapakah ini ya Allah. sholat yang seharusnya menjadi ladang berdzikir kepadamu malah menjadi tempat cacian dan cibiran kepada sang imam walau dalam hati hanya karena ulah sang imam. Salam pertama sudah selesai dan saya masih terus mengikuti sampai akhirnya selesai juga tuh sholat dan sang imam meninggalkan tahtanya.. tak mau hanya menjadi beban pikiran yang terpendam, saya utarakan kegundahan dan keluhan saya selama sholat terhadap imam tadi kepada teman-teman. Dan subhanallah..ternyata respon teman-teman pun sama. Seorang teman yang berasal dari daerah gyza station berujar; memang imam itu sangat lebay..dia dulu di masjid daerah saya cuman karena banyak yg kurang suka akhirnya di lempar ke daerah sini. Hmmm ternyata bukan cuman dalam sinetron PPT saja seorang merbot masjid di usir, sang imam pun bisa di kudeta kalau tidak pernah memperhatikan keluhan sang makmum. Tragis memang tapi itulah sebuah pembelajaran kepada siapa saja yang menjadi imam dalam hal apapun dan imam solat adalah contok akan kepemimpinan.
Cerita kekesalan dan keluhan kami rupanya tak cukup sampai di sana, sepulangnya ke rumah. Seorang teman sekaligus sesepuh dalam rumah kami pun bercerita tentang hal yang sama.. sampai tiba saatnya pada suatu malam selepas shalat isya menjelang shalat tarawih ketua takmir masjid tersebut mempersilahkan sang imam untuk meninggalkan tahtanya dan digantikan dengan imam baru pilihan para makmum.
Sebenarnya bukan lama atau tidak nya durasi shalat yang saya keluhkan, hanya saja kejujuran sang imam di hadapan para makmum termasuk saya karena bagian dari makmum yang menjadi kekesalan dan ganjalan dalam shalat sehingga mengurangi kekhusyuan. Karena kalau imam jujur dalam setiap rakaatnya berapapun lamanya sholat itu pasti akan tetap mempunyai banyak makmum seperti yang terjadi di uptown cairo mukattam yang dalam satu salam tarawihnya memakan waktu 30 menit sedangkan jumlah tarawihnya adalah 23 rakaat.
Apabila kita mendapati sang imam dalam sholat jahr (yang dikeraskan bacaannya) dia membacakan fatihahnya dengan irama yang aduhai membius para makmum dan tentu dengan durasi yang lama, sehingga tanpa di sadari para makmum pun membacakan fatihah dengan irama yang sama pada rakaat selanjutnya, tetapi Astagfirulloh, baru saja setengah alfatihah sang imam sudah ruku…kenapa bisa secepat ini. Padahal tadi dia begitu lambat membacanya. Apakah karena rakaat pertama dia membacanya dengan keras sehingga semua makmum bisa mendengarkan alunan suaranya, sementara pada rakaat ketiga dia membaca nya diam-diam sampai tergesa-gesa karena tak ada makmum yang mendengarnya.? Padahal makmum butuh kejujuran, bukan irama dan pencitraan bacaan sehingga pada rakaat selanjutnya makmum tidak harus tergusur oleh bacaan sang imam yg tidak di ketahui . memang benar makmum harus turut kepada imam..dimana imam ruku maka makmum harus ikut rukuk, tetapi kalau posisinya seperti ini imam seolah-olah plin-plan tidak tegas dalam memberikan durasi satu rakaat nya…dan ini membuat makmum bingung.
Maka kepada siapa saja yang menjadi imam perhatikan lah apa maunya makmum dan ingat jangan lebaayy..


Semoga tulisan ini bukanlah untuk mencari pembenaran akan ketidak sukaan saya terhadap perbuatan orang lain naudzubillahi min dzalik.




katamea, ramadhan 1432

Tidak ada komentar:

Posting Komentar